BENGKEL TEATER SMANSA LEBATUKAN PENTASKAN “PUKEN TOU LEPAN BATAN"
Bengkel Teater Orang-Orang Kolot SMAN 1 Lebatukan mementaskan teater bercirikhas sejarah budaya Lembata dengan judul Puken Tou Lepan Batan (Satu Asal dari Lepan Batan). Pementasan teater ini dalam rangka memeriahkan acara Napak Tilas Statement Tujuh Maret 1954 di Desa Hadakewa pada tanggal 6 Maret 2022.. Acara Napak Tilas ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan dalam Pekan Eksplorasi Budaya Sare Dame Lembata Tahun 2022.
Puken Tou Lepan Batan merupakan teater karya Agustinus Kilok, S.Fil., Guru Bahasa dan Sastra Indonesia pada SMAS PGRI Lewoleba. Naskah teater ini kemudian dimodifikasi oleh Fryth Baon yang sekaligus menjadi pelatih bersama dengan Katarina Palang, S.Pd. Teater ini mengisahkan tentang sejarah kedatangan suku-suku di tanah Lembata yang bermula dari sebuah peristiwa bencana alam hebat yang meluluhlantakan bumi dan peradaban Lepan Batan Uan Roman. Bencana alam yang maha dahsyat ini akhirnya memporak-porandakan kampung-kampung (lewo) di pulau Lepan Batan Uan Roman hingga terjadi migrasi besar-besaran dari Lepan Batan menuju pula-pulau terdekat, di mana sebagian dari suku-suku itu lari ke Pulau Lembata.
Kisah teater ini dimulai dengan tampilnya Into di atas panggung pentas dengan langkah perlahan-lahan sambil memegang sebuah parang di tangan kanannya dan nawing (wadah penampung tuak/air dari bambu) di tangan kirinya. Dengan penuh hati-hati ia melangkah sambil memandang jauh ke depan untuk mencari tempat tinggal baru mereka. Into, siswa kelas XI Mia SMAN 1 Lebatukan ini memerankan tokoh kepala suku pertama yang datang dari Lepan Batan Uan Roman. Kepala suku pertama ini tidak datang seorang diri, ia membawa serta keluarganya: istri dan anak-anaknya. Ona Nahak, siswi kelas XI Bahasa SMAN 1 Lebatukan, memerankan tokoh ibu dari kepala suku pertama. Ia tampil ke atas panggung sambil membawa alat alat pemisah biji kapas (malong) di tangan kirinya dan tangan kanannya memboyong wadah penyimpan kapas dan benang dari daun lontar. Kedua putri mereka yang diperankan oleh Selvina Luku dan Vita berjalan di belakang mereka sambil memikul lesung, alu dan sokal berisi padi. Kemudian Petrus Ola dan Petrus Geba, anak laki-laki dari keluarga ini menyusul dengan perlengkapan tombak, busur, anak panah.
Sesuai kisah teater ini, keluarga dari Lepan Batan itu akhirnya menetap di pulau lembata dan menjalani kehidupan barunya di pulau Lembata. Setelah sekian lama menetap di pulau itu, suatu ketika anak perempuan tertua dari keluarga itu yang diperankan oleh Sally Domaking, mendengar bunyi buri (alat musik tiup dari kulit kerang) yang ditiup oleh adik laki-lakinya. Ia langsung teringat kisah piluh di kampung asal mereka Lepan Batan Uan Roman. Serentak ia mendaraskan untaian kata-kata elegis:”Oh Lepan Batan….kampung hanyut terguncang gempa, musnah tiada tersisah, berlari ke tepian pantai meninggalkan sepi dan duka. Lewo.. o….Uan Roman si kecil digendong kaki berkayu, berat rupa dalam langkah bertaruh meraih sampan, berkayuh meninggalkan sepih”. Suasa hening pun tercipta, penonton kian terbawa oleh aksi anak-anak SMANSA Lebatukan.
Di tengah keheningan ini, Osin Lengari, aktor utama yang memerankan tokoh seorang wanita tua dari Lepan Batan Uan Roman, masuk ke dalam panggung sambil menuturkan kisah singkat perjalanan dari Lepan Batan – Uan Roman menuju pulau Lembata. Suasa terasa mencekam; semua mata tertuju padanya. Gaya monolog Osin yang kharismatik mampu menghipnotis para penonton dan berhasil menyampaikan pesan kepada para penonton tentang pentingnya semangat perjuangan di tengah penderitaan. Suana hati penonton makin diobrak-abriknya dengan lagu sedih yang berjudul Tobo Tani Wolo Lolon yang ia lantunkan. Tak hanya jago beracting, Runner up Lomba Genre provinsi NTT ini juga ternyata pandai menyanyi. “Ia menyanyi penuh penghayatan. Suaranya juga bagus”; komentar seorang penonton terdengar di sudut panggung pentas. Baris terakhir lagu Tobo Tani Wolo Lolon juga menjadi akhir dari Teater Puken Tou Lepan Batan.
Fryth Baon, pelatih dari teater ini, setelah pementasan, mengaku merasa puas dan bangga dengan performance para actor teater ini. “Walau waktu persiapan dan latihan sangat singkat, anak-anak SMAN 1 Lebatukan ternyata bisa tampil dengan baik”, Ungkap Guru Bahasa Inggris ini usai pementasan. Kegembiraan yang sama juga diungkapkan oleh para actor teater ini. Misalnya Osin Lengari, ia mengaku merasa lega dan puas dengan penampilannya. “Saya sendiri merasa lega dan puas karena apa yang telah saya persiapkan saya dapat menampilkannya dengan baik di atas panggung. Saya juga bangga karena SMAN Lebatukan bisa menunjukkan eksistensinya dengan turut berpartisipasi dalam event ini. Akhirnya semua kerja keras terbayarkan”; ungkapnya usai kegiatan.
Oleh: Kaliktus Takeama Sogen
Komentar
Jadilah yang pertama berkomentar di sini