KURANGI KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP, PESERTA DIDIK KELAS X BUAT PUPUK KOMPOS
Penulis: Athanasius Lelangwayan (Koordinator Literasi SMANSA Lebatukan)
SMANSA Lebatukan – Di tengah hangatnya isu perubahan iklim, kerusakan lingkungan hidup yang kian hari kian memburuk serta penggunaan pestisidan yang kian marak, sekelompok kecil Peserta Didik Kelas X membuat sebuah langkah kecil untuk mengatasi dampak kerusakan lingkungan hidup saat ini. Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila tema ketiga yakni gaya hidup berkelanjutan, sekelompok kecil Peserta Didik kelas X ini mengolah daun-daun kering dan kotoran kambing menjadi pupuk kompos.
Sebastian L. Tukan, selaku pendamping projek ini, mengatakan bahwa projek ini merupakan gerakan kecil yang dibuat untuk mengurangi persoalan sampah di masyarakat, khususnya sampah dari daun-daun kering dan kotoran kambing.
“Saat ini banyak sampah berserakan di mana-mana. Jadi kami mau mengolah sampah daun itu menjadi pupuk dengan campuran kotoran kambing,” ujar Sebas.
Hari ini peserta didik melakukan tahap uji coba dalam skala kecil dengan hanya menggunakan 500 gram daun kering dan 500 gram kotoran kambing yang sudah dihaluskan serta beberapa mili liter larutan RJ 37.
“Kegiatan hari ini masih dalam tahap uji coba dengan skala kecil. Projek hari ini bahan bakunya ada daun kering dan kotoran kambing masing-masing sebanyak 500 gram. Ada dua kelompok hari ini. Jadi daun kering dan kotoran kambing dicampur dengan campuran larutan RJ 37.” jelas Sebas saat sedang mendemonstrasikan petunjuk praktek di hadapan sekelompok kecil peserta didik kelas X.
Sebelumnya, daun kering dan kotoran kambing itu sudah dijemur dan dihaluskan oleh beberapa peserta didik dalam kelompok projek ini. Berdasarkan rencana awal, larutan yang dipakai untuk dicampur ke dalam daun kering dan kotoran hewan itu adalah larutan EM4. Namun, karena masa fermentasi larutan ini memakan waktu hingga satu bulan, maka larutan fermentasi itu diganti dengan larutan RJ 37, yang memiliki masa fermentasi satu minggu.
“Awalnya saya mau pakai EM4 yang masa fermentasinya itu sampai satu bulan. Tapi saat saya ke toko untuk beli larutan EM4, pemilik toko menganjurkan saya untuk pakai larutan RJ 37 saja karena masa fermentasinya cuma satu minggu,” ungkap Sebas.
Setelah semua bahan tersedia, peserta didik diberikan arahan terkait langkah-langkah membuat pupuk kompos dengan bahan-bahan yang sudah disediakan. Dengan keahliannya sebagai Guru Matapelajaran Kimia, Sebas dengan leluasa dan menyakinkan menjelaskan urutan pembuatan pupuk kompos langkah demi langkah.
“Langkah-langkahnya kita timbang kotoran kambing dengan daun kering sebanyak 500 gram. Kemudian diaduk dalam sebuah wadah. Wadah ini menjadi tempat pengadukan. Setelah diaduk rata, larutan RJ 37 disemprotkan ke dalam wadah yang berisi kotoran kambing dan satu wadah lain yang berisi daun kering. Setelah itu, masing-masing kotoran kambing dan daun kering itu diaduk semakin lama semakin lama, dan mulai kelihatan semakin basah dan saat digenggam sudah menggumpal, maka pencampuran dengan larutan RJ 37 dihentikan. Kemudian kedua campuran itu disimpan dalam masing-masing wadah. Wadah yang kami gunakan adalah botol aqua yang 1,5 liter. Wadah botol itu kemudian ditutup rapat dan disimpan. Nanti tiap harinya akan diamati perubahan yang terjadi,” papar Sebas.
Lebih lanjut, Sebas menambahkan bahwa kegiatan hari ini masih dalam skala kecil untuk mengamati campuran mana yang paling cepat hancur, entah itu daun kering atau kotoran kambing. Menurut Sebas, hal ini penting dilakukan sejak awal untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan agar campuran itu benar-benar hancur. Ke depannya akan dibuat percobaan dalam skala besar, yang mungkin akan menyatukan daun kering dengan kotoran kambing tersebut dan dari kedua campuran itu akan diamati berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat pupuk kompos dengan bahan baku daun kering dan kotoran kambing.
Komentar
Jadilah yang pertama berkomentar di sini